|
By : KR |
Menyusuri jalan setapak yang minim cahaya ini adalah hal biasa bagiku. Tetapi entah kenapa malam ini terasa mencekam dibanding malam yang lalu. Ada hal yang aneh. Sungguh aneh.
Biasanya Melintasi jembatan yang biasanya nemuin kucing sekarang nemuin 3 anjing yang berbeda warna. Orang yang biasa terlihat masuk ke dalam mobil belum terlihat. Dan bapak paruh baya yg masih duduk di beranda rumah, dengan batuknya. Udara dingin malam jelas menusuk.
Tapi bapak paruh baya masih asik duduk dengan singelet dan celana pendek. Ini sedikit mengganjal. Namun coba dibiarkan. Mesin motor telah dimatikan. Cek token listrik dan ternyata sisa saldo pulsa listrik 0.26. Suara batuk bapak paru baya tadi terdengar lagi. Mencoba menegarkan hati. Mata ini sedikit rabun, karna minus 1 dan 0.5 silinder. Tas mulai dirogoh untuk mengambil kunci pintu. Mulai membuka pintu dengan mengucap salam sembari mendorong motor masuk ke dalam rumah. Bapak paruh baya masih pada posisi semula. Dengan seksama melihat ke arah rumah ini, tepat memperhatikan. Walau penglihatan rada samar tapi perasaan tetap was-was, namun coba biarkan.
Ketika masuk kedalam, tutup pintu kunci dan grandel, sembari mengintip di balik tirai jendela. Bapak paru baya dengan singelet dan celana pendek masih pada posisi awal. Bapak paru baya dengan rambut putihnya. Token listrik berbunyi keras, menambah suasana rumah yang gelap semakin riuh. Berjalan melalui lorong menuju kamar untuk menyalakan lampu. Seketika suara aneh mulai terdengar. Biasa sendiri. Sekarang pun sama, namun ada hal yang mengganjal sebagai pembeda. Setelahnya, mulai merogoh tas lagi, untuk mengambil hp. Lampu kamar emang kadang - kadang.
Bila sendiri tak mau menyala, kalo ada orang lain menyala dengan sendiri. Duduk termanggu di atas pulau kapuk, sembari menanyakan kabar seorang teman perempuan yang apakah telah sampai pada tujuannya? . Kemudian mulai membuat status di wa atas kejadian yang mengganjal. Namun setiap orang pasti menangkap segala hal dengan berbeda pula kan?. Ada yang berkomentar menarik, keren dan tulislah biar dapat dilihat. Ada yang menyarankan mendengarkan instrumen, namun memilih mendengar suara mama, beliau sudah terlelap karna ini telah larut. Kalo begitu besok saja.
Malam kian mencekam, padahal baru saja pukul 23.38 WIB. Keluar dari lingkup kampus, kemudian mengantar teman pulang. Sebelum sampai tempat tujuan, mampir sebentar di warung bu marni. Laper, kata teman. Menemukan hal baru, betapa asiknya sekumpulan penyandang disabilitas dalam satu meja berdiskusi menggunakan bahasa isyarat. Yang mana syarat utamanya yakni saling melihat lawan bicara. Pemandangan yang jarang terlihat akhir-akhir ini. Bahwa handphone lebih menarik dilihat ketimbang lawan bicara. Semoga masih bisa bersosialisasi batin ini mulai berkata. Tak pelak, kelar sudah makan-makan dengan diskursus, bayar dan keluar dari tempat makan. Tak menyangka bertemu dengan senior sejurusan, fikir beliau sendiri ternyata dengan senior yang lain menunggu di dalam mobil nyatanya. Mulai melambaikan tangan dan mengucapkan kata sampai jumpa.
Perjalanan pun dilanjutkan. Teman telah sampai pada tujuan. Sedangkan diri ini pamit undur diri dengan akhir jabat tangan. Sepanjang perjalanan pulang tak ada yang aneh. Jalan yang biasa dilewati pun begitu, bedanya kali ini warung kopi di sebelah lapangan tempat lokasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang ada kandang kelincinya buka, dan ramai pengunjung. Iklim udara serasa lembab, lebih dingin dan menusuk, ditemani kabut, melintasi dua orang bapak-bapak yang duduk dipinggir jalan menggenakan pakaian hitam. Mulai membuka gerbang rumah. Kemudian merogoh ransel dengan sesekali melihat ke arah beranda tempat bapak paruh baya tempo hari. Namun nampaknya beliau tidak ada. Seseorang yang selalu masuk ke dalam mobilnya nampak hari ini. Dengan segerombolan pemuda dari arah barat rumah. Difikiran ini mungkin itu temannya. Namun dilihat samar-samar bukan. Mereka segerombolan pemuda yang tengah mabuk.
Tanpa fikir panjang bergegas kunci yang kurogoh kucoba masukkan dalam lubang kunci diganggang pintu. Taukah apa yang terjadi? Penyakit pintu rumah kumat, ya penyakit susah untuk dibuka disaat yang kurang tepat. Ketika terbuka tanpa fikir panjang motor langsung dimasukkan tak peduli masih nyala atau tidak, hingga kaki kesandung sendal yang tak tentu tempatnya tak peduli. Masuk ke dalam gerandel pintu dan kunci. Dalam gelapnya rumah seperti biasa, berdiri dekat tirai jendela mengintip dengan perasaan was-was dan helm yang masih di kepala. Pemuda pemabuk dengan segerombolannya tadi berdiri mengawasi tepat di depan rumah dan berbicara dengan bahasa jawa. Seketika rasa cemas mulai menjadi.
Namun coba menenangkan diri, malam ini mengungsi dikamar teman kontrakkan. Karna lampu kamar masih dengan penyakitnya. Menelusuri lorong menuju rak untuk menaruh sendal dan melepas kaos kaki. Dan masuk ke toilet untuk BAK. Selepas itu menuju kamar menyalakan lampu dan merogoh tas untuk mengambil hp. Mengabari bahwa telah sampai rumah. Mulai melepas aksesoris seperti jam tangan dan gelang. Namun ada yang aneh. Jam telah di lepaskan. Ketika hendak membuka gelang seketika penasaran ingin melihat keadaan diluar. Menuju lorong dengan tangan berusaha melepas gelang. Berhamburan, lepas tak terelakkan. Seperti sebuah kelereng yang terhambur. Barulah tersadar, mungkin buang sial batin ini mengucap. Tapi bisa jadi kemungkinan buruk. Teringat pada gerak -gerik pemuda pemabuk yang mengintai rumah. Mulai ambil hp menelfon cici. Kronologi. Sahril mengantar hingga rumah cici. Sampai tujuan cici menyambut dengan pelukan dan dekapan hangat dengan rasa cemas dan was-was. Syukurlah
Begitulah sepenggal realita dan rutinitas dan akhirnya terjadi dalam bacaan ini.
Malang, 30/03/2018