Berpijak pada pijakan yang rapuh membuat ku pilu dan terganggu, tak ada sepeserpun yang mengerti tentang hal ini, berharap kepastian namun tak pasti, berharap datang namun pergi, berjanji namun mengingkari, berharap sejahtera namun sengsara, mungkin ini yang dinamakan pilu yang kepilupiluan.
Ternyata ini lebih berat ketimbang rindu, semua akan menjadi dilema ketika keseluruhan rasa mulai merasakan sakit. Aku tak bisa mengelak mungkin lantaran keterbatasanku, atau aku yang terlalu memanjakan keadaan, sehingga membuatku terbelenggu.
Berdiam diri dalam kekosongan, tertusuk oleh angan dalam singgasana yang berpajangan ilusi ilusi liar, berharap ada kepastian untuk menunjang elastisitas diri namun semuanya menjadi hal yang tak pasti. Mengonsumsi imajinasi agar dapat mengenyangkan hati, andai saja semua ini bisa di sugesti mungkin segerombolan kesejahteraan menghampiri.
Kini tak lagi ku butuh, semua tak pengaruh
Percuma. Andai kau rasa menjadi aku.
Setiap siklus mengonsumsi sakit yang menyakitkan, ini bukan tentang hati atau kasmaran, tapi ini tentang perjuangan memperjuangkan hal hal konyol yang ku rasa. Ku buang semua keluhanku dalam bentuk kata-kata dan akan ku poles agar menjadi bermakna. Jika ini merupakan dinamika akan ku ubah menjadi sajak aksara dan akan ku tayangkan melalui media masa.
Berbaring mingring di atas singgasana yang begitu empuk, mengkolaborasikan jari dan otak agar menjadi diksi dan akan ku prediksi melalui intusi. Semoga nanti pilu ini di jemput oleh angin, di basahkan oleh hujan, di terangi oleh cahaya, di kuatkan oleh energi, yah semoga saja. Menahan dan menahan adalah kegiatan yang sangat membosankan bahkan menyebalkan, ingin ku musnahkan segala hal yang menghalangiku untuk ber intuisi,tapi ku pikir biarlah sudah, biar jadi bumbu dalam ku ber intuisi.
Tung,tung,tung suara kendaraan tak bermotor yang melintas di depan teras rumah membawa sekumpulan energi yang siap di santap, namun aku lupa, bahwa lupa menjadi alat untuk menghilangkan rasa sakit, ini bisa benar bisa salah tergantung anda dalam mentraktir rasa.
Malang, 18/03/2018